Sabtu, 29 Desember 2012

satu lagi


Maaf Mengiringimu Pergi
Pagi ini aku melangkah santai menuju ke sekolah. Namaku Ratna, lebih tepatnya Ratna Pratiwi. Aku duduk di bangku SMA kelas XII IPS. Aku adalah anak pendiam, bahkan semua teman-teman disekolahku menyebutku dengan sebutan si bisu, dan seakan semua teman menjauhiku dan tak mau berteman dengan orang pendiam seperti aku.
            “Hai Na,” sapa Adit, teman sekelasku. Kutanggapi sapaannya dengan senyuman dan anggukan. Adit pun tidak heran dengan respon yang kutunjukkan. Dan anehnya, Adit adalah satu-satunya teman sekolahku yang tetap mau menyapaku sekalipun dia tahu responku terhadapnya. Dia juga masih tetap mengajak ngobrol aku disaat tertentu.
“Na, kan ada tugas ngerjain wawancara dan penelitian ke desa-desa pelosok. Kamu mau ngerjain kapan?” tanya Adit disela-sela perjalanan menuju ke kelas. Aku dan Adit berjalan beriringan. Adit mengingatkanku bahwa ada tugas berpasangan untuk melakukan penelitian. Pertanyaan Adit tadi sontak membuatku bingung, aku tak meminta untuk berpasangan dengan dia tapi dia seakan-akan yakin akan berpasangan mengerjakan tugas denganku.
“Terserah,” jawabku singkat. Dan kedengar helaan nafas Adit. Entah apa maksudnya.
“Oke, gimana kalau nanti? Nanti aku ke rumahmu. Kita nyusun kerangka penelitiannya dulu di rumahmu biar lebih gampang nantinya,” jelasnya panjang lebar.
“Terserah kamu,” jawabku terhadap cerocosannya. Kupercepat langkahku menuju kelas dan Adit tak lagi mengikutiku. Hanya teriakannya memanggil namaku yang kudengar.

karya isengku

MASIH ADA DIA DI SAMPINGKU

 

Kubenamkan tubuhku dalam bantal. Aku Paling tidak suka dengan keadaan seperti ini. Kegaduhan diluar semakin membuat beban di kepalaku kian membuncah. Kupaksakan mataku terpejam dan akhirnya berhasil terlelap.

Esoknya pagi-pagi sekali aku sudah melangkahkan kaki melewati koridor sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.15, masih terlalu pagi untuk anak-anak sekolah.

"Sherly". Suara dari kejauhan mengagetkanku. Kucari siapa yang memanggilku.

"Hai, tumben udah datang?" sapaku pada Doni, seseorang yang memanggilku tadi yang sekarang telah ada disampingku.

"Yaelah. Gue udah bela-belain berangkat sepagi ini cuman buat ini. Nih tugas kelompok kita," kata Doni.

"Haduh, sorry yah. Jadi loe yang ngerjain. Hehe makasih," tanggapanku pada Doni.

"Udahlah. Nggak apa-apa gue yang ngerjain juga. Oh iya loe udah sarapan? Pasti belum kan? Ikut gue sarapan di kantin yuk! gue yang nraktir," kata Doni lagi. Kali ini dengan menarik tanganku secara langsung tanpa menunggu jawabanku atas pertanyaannya tadi. Aku pun tak bisa menolak.

 

Dikantin kali ini masih sepi. Doni mengajakku duduk di bangku kantin dan memesan sepiring mie instan untuk sarapan pagi ini.

"Tumben loe nraktir? Dapat rejeki nomplok?" kataku disela-sela makan.

"Nggak lah. Cuman dapat rejeki sedikit aja tadi. Lagian gue udah tahu kalau loe pasti belum makan. Iya kan? Gue kuatir loe pingsan lagi kayak kemarin-kemarin," kata Doni sambil tetap makan.

"Nggak usah kuatirin gue," jawabku singkat.

"Tunggu-tunggu, loe semalem nangis yah? Mata agak bengkak gitu. Kenapa loe? Patah hati?" tanya Doni sambil memperhatikanku sejenak.

"Apaan sih loe? Ya nggak lah. Semalem juga nggak nangis, cuman kurang tidur," jawabku. Kali ini aku terpaksa berbohong pada Doni, padahal semalam suntuk aku nangis dan nggak bisa tidur.

Rabu, 26 Desember 2012

Lanjutan Cerita Lama


Keesokan harinya, tepatnya hari senin, aku harus menjalani rutinitasku. Ku gerakkan kakiku menuju ruang makan. Disana papa dan mama telah siap menungguku. Tapi aku acuh. Aku tak melirik sedikitpun meja makan. Berpamitan dan berangkat ke sekolah juga dengan malas.


"kenapa loe Cha? Murung banget. Sembab lagi. Habis banjir air mata semalam? Pasti ada masalah sama Rafa si oon itu yah? Hehehe," sapaan Avril menyembut kedatanganku di sekolah. Kutunjukkan wajah muramku.
"husst... Loe tuh Vril. Udah tahu Chacha lagi sedih, masih juga di bercandain. Kenapa Cha? Cerita dong sama kita!" Tya memandangku dengan wajah meyakinkan. Dia memang selalu menunjukkan sifat ketulusannya jika sahabatnya sedang gundah.
Namun sayangnya aku sudah malas bicara. Kutarik nafas dalam-dalam sebelum mulai cerita pada sahabatku ini.

"gue nggak di bolehin ikut acara Meet N Greet. Iiih gue tuh benci banget deh sama papa, mereka tuh nggak tahu keinginan gue.," aku mengawali ceritaku dengan sedikit emosi dan aliran air mata tiba-tiba.
Tya dan Avril diam sejenak.
"gue tuh pengen banget ikut acara itu. Loe berdua tahu kan kalau acara itu bener-bener berharga buat gue. Papa ngasih alasan yang nggak penting buat gue. Masa gara-gara takut kejadian yang lalu, gue nggak di bolehin," tambahku lagi, kali ini semakin deras aliran air mataku.

"yah mungkin aja emang bener kata bokap loe Cha. Artinya dia nggak mau lihat loe terluka kayak dulu lagi," Tya menanggapi curhatanku dan mendekapku, membiarkanku menangis dalam pelukannya.
"loe kok malah gitu? Kenapa malah dukung orang tua gue? Kejadian itu udah lama. Itu dulu. Sekarang dan dulu itu beda," jawabku bertambah emosi. Ku tegapkan tubuhku dan  kutunjukkan sirat kekecewaan dengan tanggapan Tya. Secara reflek Tya jadi gelagapan melihat tingkahku.

"maksudnya Tya bukan gitu Cha. Kita tuh emang pengen dukung loe, tapi......" belum sempat Avril melanjutkan omongannya, aku mencekatnya.
"tapi apa? Bilang aja kalau loe tetap membela keputusan bokap gue, iya kan? Udah ah gue pusing, percuma juga gue cerita ke loe," aku berlalu meninggalkan Tya dan Avril. Sambil tersengguk aku berlari masuk ke dalam kelas.
Sedangkan Avril dan Tya masih terbengong melihat tingkahku. Tiba-tiba muncul Rafa, menghampiri mereka.
"ngapain loe disini? Mana Chacha? Bukannya tadi disini bareng loe berdua?" Rafa mulai berkata.
"loe nanya apa ngrampok sih? Nanya satu-satu aja kenapa," Avril bersungut.
"tadi emang Chacha disini, tapi sekarang dia udah ke kelas duluan. Dia marah sama gue," kata Tya pelan.
"kenapa? Tumben?" Rafa kembali dengan wajah penuh selidik.
"jadi gini. Tadi Chacha datang dengan sedih. Terus dia cerita katanya dia nggak dibolehin bokapnya buat ikut acara idola itu. Yah gue sih cuman bilang kalau mungkin aja bokapnya bener. Eh malah dia salah paham. Dia bilang gue sama kayak bokapnya, nggak pernah ngerti kebahagiaan dia," Tya bercerita panjang lebar ke Rafa. Sementara Avril hanya sesekali mengangguk membenarkan omongan Tya.
"oh gitu ceritanya. Chacha emang keras kepala banget. Jujur aja gue juga setuju sama bokapnya. Dia itu nggak tahu kalau semua orang sayang sama dia. Ya udahlah, entar gue samperin dia. Kalau bisa, entar gue kasih penjelasan ke dia deh. Udah yuk masuk kelas! Mau bel juga," Rafa mengakhiri pembicaraannya. Tya dan Avril segera beranjak menuju kelas.

Pelajaran seharian ini kulalui dengan malas dan tak konsentrasi sama sekali. Pukul 15.00 bel tiba-tiba berbunyi pertanda pulang. Dengan malas kubereskan bukuku. Sementara guru dan beberapa siswa sudah keluar.

Rafa muncul di balik pintu kelas. Aku hanya meliriknya. Tya dan Avril juga hanya diam. Selama pelajaran tadi, aku memang hanya mendiamkan Avril dan Tya.
"hay Cha," sapa Rafa menghampiriku. Kubalas sapaannyz hanya dengan memandangnya sesaat tanpa berkata.
"Cha, Tya sama Avril udah ngasih tau kok kalau loe marah sama mereka. Jangan gitu dong Cha. Mereka nggak bermaksud apa-apa. Mereka cuman mau menghibur loe. Mereka nggak mau kalau loe sedih," Rafa panjang lebar berkata padaku. Tak kutanggapi dengan serius semua kata-katanya.
"udah ngomongnya? Bilang aja Raf kalau loe juga dukung keputusan bokap gue kayak mereka. Oke kalau emang mereka niat ngehibur gue. Tapi bukan dengan kayak gitu. Bukan malah ngebuat gue patah semangat. Udah lah, percuma juga gue ngomong sama loe bertiga. Di dunia ini emang nggak pernah ada orang yang ngerti kebahagiaan gue," aku masih ngotot dan emosi. Setelah berkata seperti itu pada Rafa, Tya dan Avril, aku setengah berlari meninggalkan kelas. Ku tahan air mataku. Entah kenapa sakit hatiku melihat semua orang tidak ada yang peduli dengan kebahagiaanku. Akupun pulang ke rumah dengan miris.

Sementara di kelas, Rafa, Tya dan Avril masih terdiam melihat tingkahku tadi. Hingga akhirnya Tya membuka perbincangan.
"gue makin pusing ngadepin Chacha,"
"iya, gue juga. Tapi gue juga ngerasain sih gimana perasaan Chacha. Loe berdua tahu kan dia tuh bener-bener udah seneng bakal ikut acara itu. Sampai-sampai udah disiapin semuanya. Eh ujung-ujungnya dia nggak dibolehin. Gue juga bisa ngerasain gimana sakitnya kalau sesuatu yang bikin kita bahagia tapi malah ditentang orang lain. Loe tahu nggak, dia bela-belain buat kado spesial hanya untuk acara itu," ujar Rafa kemudian.

Rabu, 28 November 2012

Makalah kepemimpinan pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu bentuk usaha sadar dan terencana yang ditujukan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang akan membawa peserta didik lebih aktif dalam mengembangkan potensi dirinya. Dibalik penyelenggaraan pendidikan yang saat ini menuntut kualitas dan mutu yang tinggi, terdapat suatu peran penting seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola setiap komponen yang ada di sekolah. Kemampuan tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap ilmu dan praktik manajemen dan kepemimpinan serta pemahaman terkait tugas yang diemban. Kenyataan yang tersaji pada saat ini, tidak jarang kegagalan dan ketidak efektifan penyelenggaraan pendidikan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.

B.           Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud kepemimpinan pendidikan?
2.      Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan?
3.      Apa saja tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan?
4.      Apa saja hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif?

C.          Tujuan Penulisan
1.      Agar mengetahui maksud dari kepemimpinan pendidikan
2.      Mengetahui bagaimana peran seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
3.      Untuk mengetahui apa saja tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah
4.      Untuk mengkaji bagaimana kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.


BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Kepemimpinan Pendidikan
                        Sebelum lebih dalam mengkaji tentang kepemimpinan, maka terlebih dahulu dibahas maksud dari kepemimpinan. “Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengetahui, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan tertentu” (Soekanto, dkk. 1988:7). Sedangkan menurut Siagian (dalam Manajemen Pendidikan, 2009:125) “ Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi.” Berdasarkan Undang-Undang No. 20 (2003) yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 
     B.     Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan
                        Mulyasa (2012:16) mendefinisikan bahwa “Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat.” Peran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Kepala sekolah diharapkan mempunyai kemampuan untuk kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Kepala sekolah diharapkan mempunyai kemampuan untuk medorong atau memotivasi guru dan tenaga kependidikan dalam kinerjanya guna pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah, dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan.
                        Menurut Soekanto,dkk. (1988:7) “Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri bagaimana yang harus terdapat atau dimiliki oleh kepemimpinan itu.”                                                                                                       
                        “Kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel,”(Mulyasa, 2012:17). Artinya kepala sekolah menempati suatu posisi penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat yang pada kenyataannya, masyarakat sangat menuntut perkembangan dari segi kualitas pendidikan seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan.

Minggu, 25 November 2012

artikel pendidikan karakter

PENDIDIKAN KARAKTER

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan pengembangan untuk menjadi Negara maju. Pengembangan-pengembangan yang dicanangkan meliputi pembangunan negara, kualitas sumber daya manusianya, dan perwujudan kesejahteraan bangsa. Pemerintah dalam hal ini telah berupaya dan ikut andil dengan dicetuskannya beberapa program yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan Indonesia menjadi Negara maju di masa depan. Dapat diambil contoh salah satu yaitu pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya menerapkan pendidikan berkarakter untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengapa harus pendidikan? Pendidikan adalah suatu bentuk upaya yang dinilai sangat efektif karena pendidikan akan menciptakan generasi penerus yang akan memimpin dan menentukan arah perjuangan bangsa di masa depan. Sedangkan pendidikan berkarakter tersebut diterapkan demi terbentuknya karakter peserta didik proses pendidikan itu berlangsung.
Sebelum menjajah jauh pada pendidikan berkarakter, lebih dulu harus dipahami arti dari pendidikan maupun karaker itu sendiri. Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
Sedangkan arti kata karakter dalam Kamus Ilmiah Populer berarti watak; tabiat; pembawaan; kebiasan. Jadi dapat didefinisikan bahwa pendidikan berkarakter adalah suatu bentuk upaya sadar dan terencana dalam bentuk belajar mengajar dengan tujuan membentuk watak dan kebiasaan peserta didik lebih berkualitas. Pendidikan berkarakter dalam realisasinya dapat berbentuk peserta didik yang lebih aktif saat proses belajar mengajar, lebih berminat mengembangkan potensi dirinya, dan posisi guru sebagai pendorong dan fasilitator dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah khususnya.


Selasa, 30 Oktober 2012

Poskan Cerita Lama

"Kenapa loe Cha, datang-datang malah cengar-cengir lagi?"sapaan Tya menyambut kedatanganku pagi ini disekolah.
“Kesambet kali ni anak., hehehe" Avril pun menambahi. Tya dan Avril adalah sahabat terdekatku selama 1 tahun sekolah disini. Saat ini aku kelas 2 SMA.
"Hehe gue nggak apa-apa kok. Cuman lagi seneng aja. Emangnya kalian nggak seneng lihat gue datang terus senyum? Masa seneng kalau gue datang cemberut?". Aku pun menjawab ejekan sobatku tadi dengan tenang dan tetap dengan senyum.
“Kenapa sih loe Cha? Bagi-bagi dong ceritanya!"
“Coba tebak kenapa gue seneng banget pagi ini!". Aku mencoba menghangatkan suasana pagi ini. Hari emang masih pagi banget. Bel masih 30 menit lagi.
“Pasti loe balikan yah sama si Rafa? Makanya loe seneng banget" Avril antusias.
            “Dasar dodol loe Vril. Si Chacha kan emang udah lama balikan sama si Rafa," kata Tya sambil menjitak kepala Avril.
            “Sakit tau."
            "Biarin. Biar loe itu nggak dodol-dodol amat. Hmm... Gue tahu kenapa loe seneng banget. Pasti gara-gara artis idola loe itu kan? Siapa namanya? Gue lupa. Kalau nggak salah cemong-cemong gitulah.Iya kan?" Tya emang paling tahu tentang aku. Selain dia orang yg enak diajak bercanda, dia juga enak dibuat curhat.
            "Aryani kale bukan cemong. Cemong kan cuman sinetronnya... Hmm" kataku tak kalah.
            "Iya, terserahlah apa itu. Tapi iya kan? Pasti loe baru dapat video atau kabar baru tentang dia." kata Tya, tapi kali ini menunjukkan mimik yang tak terlalu semangat. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan.
            "Loe tuh Cha. Nggak bosen apa kayak gitu mulu. Lagian apa coba yang dikagumi dari Aryani? Menurut gue sih biasa. Hehe" Avril kali ini menanggapi dengan nada serius. Kita bertiga emang beda banget kalau masalah idola.
            "Yeee, terserah gue dong. Kak Ryan mah banyak kelebihannya. Dia itu cantik, nggak sombong, friendly, jago akting. Pokoknya semuanya deh. Loe jangan ngatain. Loe mah nggak ada apa-apanya dibandingin kakak gue. Lagian loe Vril, apa yang bisa diambil dari tokoh kartun. Ngomong aja nggak... Hehe" aku juga nggak mau kalah kalau dalam keadaan kayak gini. Kita bertiga emang bener-bener teguh pendirian kalau masalah idola. Bahkan kita pun bisa sampai lama adu mulut hanya karena masalah nggak penting kayak gini.
            "Biarin... Weekkk." Kata Avril lagi.
            "Eehh tapi kali ini bener-bener seneng gue. Loe tau nggak, bakal ada Meet n Greet spesial sama kak Ryan. Uuh gue seneng banget".
Aku ngefans banget sama artis namanya Aryani. Makanya dapat info buat ketemu langsung, membuat aku bener-bener nglunjak senengnya. Tapi sayangnya, kegembiraanku nggak disambut gembira juga sama Avril dan Tya.
            "Bukannya dulu udah pernah Meet n Greet?" kata Tya menanggapi.
            "Iya sih. Tapi dulu kan bareng sama anak-anak kepompong. Lah sekarang spesial cuman bareng kak Ryan. Apalagi ini event juga nggak kayak Meet n Greet biasanya." aku paling antusias.
            "Yayaya,.. Namanya juga udah ngefans kali yah. Jadi yang dipikirin cuman enaknya doang. Emang udah dapat izin dari bonyok loe?". Pertanyaan Avril sontak membuatku bingung. Tapi segera kutepis kebingungan itu.
            "Aahh... Itu mah gampang. Pasti diizinin" jawabku tetap antusias.
            "Yah semoga kesampaian deh keinginan loe. Kita nggak bisa berbuat apa-apa kalau sesuatu itu adalah kebahagiaan sahabat kita sendiri. Good job deh, moga sukses". Tya kembali ke sifat dewasaannya. Avril dan Tya emang tahu banget sifat keras gue.
"iya, gue juga doain." kata Avril lagi.
"hehehe makasih." gue masih cengar cengir. nggak kerasa 10 menit lagi udah bel masuk. Kita bertiga mutusin buat masuk ke kelas.

Setelah seharian pelajaran, akhirnya waktu pulang pun datang. Akupun bergegas buat pulang. Aku punya niat beli kado buat ketemu idolaku 3 hari lagi. Kebetulan hari ini hari Sabtu, jadi ada kesempatan buat pulang malam ataupun pergi malam..

"loe buru-buru amat sih. Emang mau kemana?" suara Avril mengagetkanku yang sedang asyik beres-beres sambil membayangkan serunya acara ketemu kak Aryani.
"hehehe, gue emang buru-buru biar nggak sore-sore amat. Gue mau cari kado spesial buat kakak gue." jawabku tenang menanggapi pertanyaan Avril.
"emang kakak loe datangnya kapan? Bukannya masih kuliah di luar kota yah?" kata Avril lagi dengan culunnya.
"ya ampun, nih anak yah. Loe tuh kenapa jadi o’on banget sih Vril? Wah nggak beres loe ah. Abangnya si Chacha nggak pulang. Dia cari kado buat kakaknya, maksudnya buat idolanya, si Aryani cemong," Tya menanggapi omongan Avril dengan agak geram. Tapi aku cuman tersenyum mendengar mereka berdua sambil masih beresin buku yang banyak banget di meja.
tiba-tiba dari arah pintu kelas, muncul si Rafa.
"Hay semua" sapa Rafa pada kita bertiga sembari berjalan menghampiri bangkuku. Kebetulan emang tinggal aku, Tya dan Avril yang ada di kelas.
"hay juga." jawab kita bertiga kompak.
"ehem... Cie cie, yang lagi kangen. Langsung dah disamperin," kata Avril cengengesan. Tapi sayangnya Rafa tak memperdulikan sama skali. Rafa adalah cowok yang selama ini menjalin hubungan denganku. Yah bisa disebut pacar lah.

"hay Cha. Gue anterin pulang yuk. Sambil sekalian minta izin ke mama loe buat pergi entar sore," deg... Kata-kata Rafa barusan ngebuat aku langsung shock. Aku lupa kalau hari ini aku udah buat janji sama Rafa buat jalan.
"ehmm Raf, jalannya ditunda lain kali aja yah, please," kataku memohon karena aku bener-bener pengen nyari kado bukan buat ngedate.
"loh... Kok gitu sih Cha? Kok ditunda? Yah Cha,.. Bikin janji ini aja susahnya minta ampun. Giliran udah mau, sekarang malah ditunda," Rafa terlihat kecewa. Dia sedikit menunduk. Akupun menunduk tak berani memandang raut kekecewaannya.
"Cha, please dong jangan batalin. Gue udah bener-bener seneng mau jalan sama loe. Emang loe mau kemana sih?" Rafa mencoba membujukku.
"oh iya, gue belum cerita sama loe. Jadi gue dapet info bakalan ada Meet N Greet bareng kak Ryan. Loe tahu kan, gue ngefans banget sama dia. Makanya gue mau cari kado buat dia, acaranya juga udah lusa," kataku girang tak menghiraukan ketakutanku tadi. Tapi Rafa menyambutnya dengan nada kaget dan heran.
"ya ampun Cha. Loe ngorbanin acara kita cuman buat hal yang nggak jelas gitu?" kata Rafa lagi dengan agak keras.
"ya udah, terserah loe. Pokoknya gue nggak bisa buat pergi sama loe," aku pun bergegas meninggalkan Rafa, Tya dan Avril yang saling diam.
"capek gue sama loe Cha," gumam Rafa.
"sabar Raf. Baru aja balikan masa udah ribut lagi sih," Tya menenangkan Rafa yang setengah dilanda emosi dan kecewa.
"loe berdua tahu kan si Chacha itu keterlaluan banget. Masa cuma mentingin hal kayak gitu sampai-sampai ngebatalin janji," sungut Rafa lgi.
"yah namanya juga pacaran. Harus saling ngerti sifat pasangannya. Loe tahu kan kalau Chacha orangnya keras. Sekali keinginannya, nggak bisa digugat. Loe juga bodoh sih, keburu emosi," Avril berpidato panjang lebar,
"maksud loe apa? Bodoh?" Rafa memprotes.
loe tuh Vril, jangan sembarangan ngatain orang. Kayak loe paling pinter aja," Tya juga ikut protes ke Avril.
"gimana nggak bodoh coba. Katanya loe pengen jalan sama Chacha. Lah dianya nggak bisa karena lebih mentingin idolanya, si cemong. Loe kan masih tetap bisa jalan sama Chacha kan? Dengan cara loe temenin dia buat cari kado. Gitu aja ribet sih.. Kan loe tetap bisa jalan sama dia, walaupun ntar suasananya beda," Avril kembali pidato. Tapi pidato kali ini membuat Tya dan Rafa berpikir. Lalu Rafa tersenyum simpul.
"waaahh... Iya. Loe bener banget. Gue yang bodoh kali ya?" kata Rafa kemudian.
"baru nyadar yah loe?" sungut Avril.
"waah,.. Ternyata otak loe encer juga ya Vril? Idenya bagus banget. Hmm nggak salah deh gue jadiin loe sahabat gue," puji Tya kemudian.
"hmmm tadi aja gue dikatain. Dasar loe, Tya,"
Tya menanggapi omongan Avril hanya dengan senyum.
"udah-udah. Kalau gitu gue bakal telfon si Chacha dulu. Thanks yah buat idenya Vril," Rafa kemudian mengeluarkan handponenya. Dia menelponku dan minta maaf. Dia pun malah menawarkan untuk menemaniku mencari kado. Aku tak menolaknya, asalkan dia mau menjemputku dan izin ke orang tuaku. Dan janjipun tersepakati.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Aku untuk mereka


Aku ingin seperti bintang
Dalam kegelapan ia bersinar
Sekalipun tak dapat ia seterang bulan
Tapi ia menentramkan

Aku ingin hidup bak lilin
Selalu menjadi penolong
Sekalipun harus berkorban
Sekalipun ia tak selalu dibutuhkan

Satu tujuanku hanya untuk senyum itu
Kedua sosok yang selalu tegap berdiri
Kedua langkah yang terseok tapi tetap berlari
Kedua sorot mata yang sungguh menentramkan hati
Kedua lengan yang tak kenal pamrih

Aku malu
Aku masih malu dihadapan mereka
Aku malu belum bisa berguna
Sekalipun aku berharga untuk mereka
Tapi aku tetaplah benalu dalam punggung mereka
Padahal seharusnya akulah kebenggaan mereka

Tuhan, jika tlah kau ijinkan aku berdiri, disini..
Ijinkan pula satu langkahku adalah senyum bagi mereka
Ijinkan aku mendengar, ucapan kebanggaan dari mereka