Sabtu, 12 Januari 2013

hobi dikit

“Pagi semua,” sapa Tasya yang membuyarkan perbincangan seru di kantin pagi ini. Dia menggandeng sosok Fadil, cowok yang menjadi tambatan hatinya sejak sebulan yang lalu. Tata, Tika, dan Tamara tengah nongkrong di kantin pagi itu. Kedatangan Tasya malah membuat perbincangan diantara mereka semakin seru. Keempat cewek ini memang klop. Salah satu alasan yang membuat mereka berempat akrab sejak kelas XI adalah karena kesamaan huruf depan nama mereka. Mereka menamakan diri sebagai TriTaTi. Fadil yang ada disitu hanya ikut mendengarkan, juga terkadang ikut terkekeh saat TriTaTi bercanda ria.
“ehh Tik, copot napa tuh kacamata! Biar kelihatan cantiknya,” Fadil tiba-tiba angkat bicara di sela-sela TriTaTi yang diam setelah capek tertawa. Tika yang merasa menjadi tujuan pembicaraan Fadil tadi melongo untuk beberapa saat sembari menatap lekat Fadil.
“ciyee Fadil. Sebegitu perhatiannya sama Tika. Ehem ehem,” canda Tamara. Tika adalah salah satu anggota yang bisa dibilang paling cupu. Kacamata tebal setia membantu kerja mata indahnya. Gayanya juga bisa dibilang agak norak, apalagi kalau dibandingkan dengan anggota TriTaTi lainnya, gaya Tika yang paling nggak banget. Untungnya Tata, Tamara, dan Tasya bukan termasuk orang yang pilih-pilih berteman. Apalagi Tika adalah cewek yang pinter di sekolah jadi mereka bertiga senang saja bergaul dengan Tika. 
Read More..

“Eh eh… fadil tuh bukannya terlalu perhatian. Cuman Tika tuh emang kebangeten, polos banget, dandan dikit kek, biar cepet laku,” Tasya nyeletuk asal. Ada sirat cemburu di wajah Tasya. Diantara TriTaTi, emang Tikalah yang kolot, nggak pernah ngerasain yang namanya pacaran. Bahkan jika pun ada yang mau dekat dengan dia, dia bakal menjauh habis-habisan. Bisa dibilang awalnya terlalu pemilih yang kemudian ujung-ujungnya udah nggak ada yang mau sama dia. Pacaran hal yang wajar bagi remaja apalagi saat duduk di bangku SMA. ‘Masa-masa paling indah adalah masa-masa di SMA’ katanya sih.
Bel masuk berbunyi mengakhiri pembicaraan TriTaTi.
Tika lagi asyik-asyiknya mencari buku di perpus siang itu. Jam istirahat baru berjalan 5 menit yang lalu. Sibuk memilah-milah buku yang telah tersusun rapi di rak, sosok Fadil tiba-tiba juga ada disitu. Berhadapan dengan rak tempat Tika memilah buku. Fadil hanya tersenyum melihat Tika yang ada di depannya.
“sendirian disini Tik?” ucap fadil yang kini ada disamping Tika. Entah apa maksud fadil yang kini beralih mencari buku di sekitar rak tempat Tika mencari juga.
“nggak lah. Nggak sendiri kok, rame-rame malah. Tuh ada penjaga perpus, ada temen-temen yang baca juga, ada meja kursi yang menemani juga kok. Hehe,” Tika memang suka bercanda. Sekalipun ia kutu buku , dengan kacamata tebalnya, namun sebenarnya dia tak suka dengan keseriusan yang berlebihan. Dia paling pandai menyesuaikan dengan sikon setempat.
“bisa aja kamu. Berarti aku juga termasuk orang yang nemenin kamu disini yah?” Tika membalikkan tubuhnya dan segera  menuju bangku baca. “Fadil mulai,” batinnya.
“ohh capek berdiri yah Tik? Disini lebih enak juga kok. Hehe,” Fadil tiba-tiba ada di dekat Tika. Tika yang merasa ada sesuatu yang beda dari Fadil. Yah, sebenarnya Tika sudah merasakan ada hal aneh dari Fadil. Tatapan matanya saat di kantin tadi pagi, senyumnya, dan semua sikapnya yang aneh di benak Tika. Fadil milik Tasya, tapi sikap Fadil padanya… ahh, membingungkan.
Kali ini Tika berpisah dengan ketiga kedua kawannya, si Tata dan si Tamara di depan gerbang sekolah. Bel pulang berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, tapi seperti yang biasa, TriTaTi tidak segera pulang. Menunggu sekitar 15 menit bahkan bisa sampai setengah jam pun adalah kebiasaan TriTaTi. Belum jauh langkah kaki Tika, Fadil menghampirinya. Seuntai senyum Fadil tunjukkan saat dia sudah berdiri di samping Tika. Tika tak menanggapinya secara serius. Dia berjalan kembali, dan Fadil tetap mengikuti langkahnya.
“Tik, nanti malam mau nggak aku ajakin jalan?” pertanyaan Fadil membuat pikiran Tika nggak karuan. ‘Malam ini malam minggu, tapi kenapa Fadil justru ngajakin aku keluar? Harusnya kan malah ngedate bareng Tasya. Kan dia pacarnya Tasya’ batin Tika. Dia menunjukkan sirat wajah penuh tanya pada Fadil.
“Kenapa harus sama aku?”
“Ya nggak apa-apa kali. Lagian kamu pasti kalau malam minggu jarang kan ada acara? Nggak mungkin juga kalau keluar sama cowok, hehe,” kata Fadil yang membuat Tika sejenak cemberut. Bisa-bisanya Fadil mengejek secara tidak langsung seperti itu, batin Tika lagi.
“ayolah, mau yah? Please! Nggak ada yang bisa diajak lagi nih. Mau yah?”
“Sorry, aku nggak bisa,” respon Tika singkat. Ia masih menjunjung tinggi etika persahabatan jadi ia menolak mentah-mentah ajakan Fadil. Padahal dalam hati ia ingin, apalagi jarang-jarang ada cowok yang mau ngajak dia jalan saat malam minggu.
“Loh kenapa Tik?” Fadil agak berlari menghampiri Tika yang sudah jauh berjalan di depannya.
“Nggak apa-apa. Aku nggak dibolehin keluar kalau malam minggu. Mending kamu ajakin Tasya, dia kan pacar kamu,” dengan Acuh Tika menanggapi pertanyaan Fadil. Ia meneruskan berlari. Baru kemarin Tika berpikir keras untuk mulai membiasakan diri dengan sosok yang namanya cowok. Yah, ia ingin punya cowok seperti yang sering disarankan Tata dan Tamara. Tapi sekejap ini hilang pemikiran dan prinsip itu. Fadil membuatnya enggan melanjutkan prinsip yang mulai dipikirkannya.
“Yah.. andai aja kamu ngerti Tik,” Fadil tampak kecewa dan hanya mampu memandangi Tika yang sudah jauh berlari.

“Tika,” sapa Fadil ketika Tika berjalan sendirian di koridor sekolah. Bel pulang berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Kali ini Tika tidak bersama 3 teman yang lainnya. Tika menghela nafas ketika tahu yang menyapanya adalah Fadil. Benak Tika penuh dengan pertanyaan. Kenapa dia sekarang jarang melihat Fadil bersama? Apa Tasya sama Fadil udah putus? Tapi kenapa Tasya nggak pernah cerita kalau TriTaTi lagi kumpul? Terus kenapa juga Fadil sekarang lebih sering mendekatinya? Ahh.. semua pertanyaan itu begitu membingungkan.
“ikut aku yukk!” Fadil mengajak Tika. Parahnya Fadil agak memaksa, ia menarik tangan Tika.
“ngapain kesini?” Tika masih keheranan saat Fadil membawanya ke taman. Kacamata tebalnya tampak mengikuti kepalanya yang menengok kanan kiri, memastikan dimana dia berada.
“Tika, mungkin kamu bakal bertanya-tanya kenapa aku bawa kamu kesini. oke, aku mau jujur sama kamu disini. Aku suka kamu Tik. Dari dulu aku tuh suka sama kamu,” sontak perkataan Fadil membuat Tika terkejut. Ia bengong, tak tau apa yang harus diperbuatnya.
“apa kamu mau jadi pacarku?” pertanyaan Fadil yang kali ini semakin membuat Tika bingung sekaligus geram.
“jadi itu maksud kamu selama ini berusaha ngedeketin aku?



 go to next.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar