Untukmu, ibuku
Esok jika mentari tak enggan
tersenyum
Pertama, kuingin menemui simpul
senyummu
Kuingin menggenggam hangat
tanganmu
Masih mendekap erat tubuhmu
Esok jika kutemui masih tegap
langkahmu
Ijinkanlah kusongsong telapak
kakimu
Mengecup telapak tanganmu yang
penuh goresan
Untuk sejenak wujud baktiku walau
belum nyata
ibuku,,
dengarkan bisik sayangku yang
masih tersedak di kerongkongan ini
masih enggan dan malu
kulantangkan kata sayangku
aku masih belum mampu
mengangkatmu
aku belum mampu mendirikan istana
yang kau idamkan
segenting pun, satu dinding pun
tapi ku mohon ibu
bacalah tiap sirat di wajahku
dengar tiap seret langkahku
bahwa semua kulakukan demi tak
susahnya dirimu
walau itu nanti
yah, belum sekarang tapi masih
nanti
maafkan anakmu yang masih kerdil
ini
yang belum jua berarti untuk
sekeping saja hasil keringat sendiri
yang masih juga menyodorkan
tangan
meminta sesuap nasi
namun janjiku ibu, akan selalu
kuusap tanganmu saat lelap tlah menerpamu
tak kubiarkan walau seekor saja
nyamuk itu menempel di kulitmu
ingat janjiku ibu, bingkai
wajahmu selalu menghias di balik goresan tintaku
ku jadikan kau landasan disetiap
langkahku
dan akan selalu kutitipkan doa
senantiasa kau panjang usia
tetap menjadi primadona bersama
ayah
karena kau berdua adalah
segalanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar