Senin, 07 Januari 2013

puisiku


Untukmu, ibuku

Esok jika mentari tak enggan tersenyum
Pertama, kuingin menemui simpul senyummu
Kuingin menggenggam hangat tanganmu
Masih mendekap erat tubuhmu

Esok jika kutemui masih tegap langkahmu
Ijinkanlah kusongsong telapak kakimu
Mengecup telapak tanganmu yang penuh goresan
Untuk sejenak wujud baktiku walau belum nyata

ibuku,,
dengarkan bisik sayangku yang masih tersedak di kerongkongan ini
masih enggan dan malu kulantangkan kata sayangku
aku masih belum mampu mengangkatmu
aku belum mampu mendirikan istana yang kau idamkan
segenting pun, satu dinding pun

tapi ku mohon ibu
bacalah tiap sirat di wajahku
dengar tiap seret langkahku
bahwa semua kulakukan demi tak susahnya dirimu
walau itu nanti
yah, belum sekarang tapi masih nanti

maafkan anakmu yang masih kerdil ini
yang belum jua berarti untuk sekeping saja hasil keringat sendiri
yang masih juga menyodorkan tangan
meminta sesuap nasi
namun janjiku ibu, akan selalu kuusap tanganmu saat lelap tlah menerpamu
tak kubiarkan walau seekor saja nyamuk itu menempel di kulitmu
ingat janjiku ibu, bingkai wajahmu selalu menghias di balik goresan tintaku
ku jadikan kau landasan disetiap langkahku
dan akan selalu kutitipkan doa senantiasa kau panjang usia
tetap menjadi primadona bersama ayah
karena kau berdua adalah segalanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar