Selasa, 30 Oktober 2012

Poskan Cerita Lama

"Kenapa loe Cha, datang-datang malah cengar-cengir lagi?"sapaan Tya menyambut kedatanganku pagi ini disekolah.
“Kesambet kali ni anak., hehehe" Avril pun menambahi. Tya dan Avril adalah sahabat terdekatku selama 1 tahun sekolah disini. Saat ini aku kelas 2 SMA.
"Hehe gue nggak apa-apa kok. Cuman lagi seneng aja. Emangnya kalian nggak seneng lihat gue datang terus senyum? Masa seneng kalau gue datang cemberut?". Aku pun menjawab ejekan sobatku tadi dengan tenang dan tetap dengan senyum.
“Kenapa sih loe Cha? Bagi-bagi dong ceritanya!"
“Coba tebak kenapa gue seneng banget pagi ini!". Aku mencoba menghangatkan suasana pagi ini. Hari emang masih pagi banget. Bel masih 30 menit lagi.
“Pasti loe balikan yah sama si Rafa? Makanya loe seneng banget" Avril antusias.
            “Dasar dodol loe Vril. Si Chacha kan emang udah lama balikan sama si Rafa," kata Tya sambil menjitak kepala Avril.
            “Sakit tau."
            "Biarin. Biar loe itu nggak dodol-dodol amat. Hmm... Gue tahu kenapa loe seneng banget. Pasti gara-gara artis idola loe itu kan? Siapa namanya? Gue lupa. Kalau nggak salah cemong-cemong gitulah.Iya kan?" Tya emang paling tahu tentang aku. Selain dia orang yg enak diajak bercanda, dia juga enak dibuat curhat.
            "Aryani kale bukan cemong. Cemong kan cuman sinetronnya... Hmm" kataku tak kalah.
            "Iya, terserahlah apa itu. Tapi iya kan? Pasti loe baru dapat video atau kabar baru tentang dia." kata Tya, tapi kali ini menunjukkan mimik yang tak terlalu semangat. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan.
            "Loe tuh Cha. Nggak bosen apa kayak gitu mulu. Lagian apa coba yang dikagumi dari Aryani? Menurut gue sih biasa. Hehe" Avril kali ini menanggapi dengan nada serius. Kita bertiga emang beda banget kalau masalah idola.
            "Yeee, terserah gue dong. Kak Ryan mah banyak kelebihannya. Dia itu cantik, nggak sombong, friendly, jago akting. Pokoknya semuanya deh. Loe jangan ngatain. Loe mah nggak ada apa-apanya dibandingin kakak gue. Lagian loe Vril, apa yang bisa diambil dari tokoh kartun. Ngomong aja nggak... Hehe" aku juga nggak mau kalah kalau dalam keadaan kayak gini. Kita bertiga emang bener-bener teguh pendirian kalau masalah idola. Bahkan kita pun bisa sampai lama adu mulut hanya karena masalah nggak penting kayak gini.
            "Biarin... Weekkk." Kata Avril lagi.
            "Eehh tapi kali ini bener-bener seneng gue. Loe tau nggak, bakal ada Meet n Greet spesial sama kak Ryan. Uuh gue seneng banget".
Aku ngefans banget sama artis namanya Aryani. Makanya dapat info buat ketemu langsung, membuat aku bener-bener nglunjak senengnya. Tapi sayangnya, kegembiraanku nggak disambut gembira juga sama Avril dan Tya.
            "Bukannya dulu udah pernah Meet n Greet?" kata Tya menanggapi.
            "Iya sih. Tapi dulu kan bareng sama anak-anak kepompong. Lah sekarang spesial cuman bareng kak Ryan. Apalagi ini event juga nggak kayak Meet n Greet biasanya." aku paling antusias.
            "Yayaya,.. Namanya juga udah ngefans kali yah. Jadi yang dipikirin cuman enaknya doang. Emang udah dapat izin dari bonyok loe?". Pertanyaan Avril sontak membuatku bingung. Tapi segera kutepis kebingungan itu.
            "Aahh... Itu mah gampang. Pasti diizinin" jawabku tetap antusias.
            "Yah semoga kesampaian deh keinginan loe. Kita nggak bisa berbuat apa-apa kalau sesuatu itu adalah kebahagiaan sahabat kita sendiri. Good job deh, moga sukses". Tya kembali ke sifat dewasaannya. Avril dan Tya emang tahu banget sifat keras gue.
"iya, gue juga doain." kata Avril lagi.
"hehehe makasih." gue masih cengar cengir. nggak kerasa 10 menit lagi udah bel masuk. Kita bertiga mutusin buat masuk ke kelas.

Setelah seharian pelajaran, akhirnya waktu pulang pun datang. Akupun bergegas buat pulang. Aku punya niat beli kado buat ketemu idolaku 3 hari lagi. Kebetulan hari ini hari Sabtu, jadi ada kesempatan buat pulang malam ataupun pergi malam..

"loe buru-buru amat sih. Emang mau kemana?" suara Avril mengagetkanku yang sedang asyik beres-beres sambil membayangkan serunya acara ketemu kak Aryani.
"hehehe, gue emang buru-buru biar nggak sore-sore amat. Gue mau cari kado spesial buat kakak gue." jawabku tenang menanggapi pertanyaan Avril.
"emang kakak loe datangnya kapan? Bukannya masih kuliah di luar kota yah?" kata Avril lagi dengan culunnya.
"ya ampun, nih anak yah. Loe tuh kenapa jadi o’on banget sih Vril? Wah nggak beres loe ah. Abangnya si Chacha nggak pulang. Dia cari kado buat kakaknya, maksudnya buat idolanya, si Aryani cemong," Tya menanggapi omongan Avril dengan agak geram. Tapi aku cuman tersenyum mendengar mereka berdua sambil masih beresin buku yang banyak banget di meja.
tiba-tiba dari arah pintu kelas, muncul si Rafa.
"Hay semua" sapa Rafa pada kita bertiga sembari berjalan menghampiri bangkuku. Kebetulan emang tinggal aku, Tya dan Avril yang ada di kelas.
"hay juga." jawab kita bertiga kompak.
"ehem... Cie cie, yang lagi kangen. Langsung dah disamperin," kata Avril cengengesan. Tapi sayangnya Rafa tak memperdulikan sama skali. Rafa adalah cowok yang selama ini menjalin hubungan denganku. Yah bisa disebut pacar lah.

"hay Cha. Gue anterin pulang yuk. Sambil sekalian minta izin ke mama loe buat pergi entar sore," deg... Kata-kata Rafa barusan ngebuat aku langsung shock. Aku lupa kalau hari ini aku udah buat janji sama Rafa buat jalan.
"ehmm Raf, jalannya ditunda lain kali aja yah, please," kataku memohon karena aku bener-bener pengen nyari kado bukan buat ngedate.
"loh... Kok gitu sih Cha? Kok ditunda? Yah Cha,.. Bikin janji ini aja susahnya minta ampun. Giliran udah mau, sekarang malah ditunda," Rafa terlihat kecewa. Dia sedikit menunduk. Akupun menunduk tak berani memandang raut kekecewaannya.
"Cha, please dong jangan batalin. Gue udah bener-bener seneng mau jalan sama loe. Emang loe mau kemana sih?" Rafa mencoba membujukku.
"oh iya, gue belum cerita sama loe. Jadi gue dapet info bakalan ada Meet N Greet bareng kak Ryan. Loe tahu kan, gue ngefans banget sama dia. Makanya gue mau cari kado buat dia, acaranya juga udah lusa," kataku girang tak menghiraukan ketakutanku tadi. Tapi Rafa menyambutnya dengan nada kaget dan heran.
"ya ampun Cha. Loe ngorbanin acara kita cuman buat hal yang nggak jelas gitu?" kata Rafa lagi dengan agak keras.
"ya udah, terserah loe. Pokoknya gue nggak bisa buat pergi sama loe," aku pun bergegas meninggalkan Rafa, Tya dan Avril yang saling diam.
"capek gue sama loe Cha," gumam Rafa.
"sabar Raf. Baru aja balikan masa udah ribut lagi sih," Tya menenangkan Rafa yang setengah dilanda emosi dan kecewa.
"loe berdua tahu kan si Chacha itu keterlaluan banget. Masa cuma mentingin hal kayak gitu sampai-sampai ngebatalin janji," sungut Rafa lgi.
"yah namanya juga pacaran. Harus saling ngerti sifat pasangannya. Loe tahu kan kalau Chacha orangnya keras. Sekali keinginannya, nggak bisa digugat. Loe juga bodoh sih, keburu emosi," Avril berpidato panjang lebar,
"maksud loe apa? Bodoh?" Rafa memprotes.
loe tuh Vril, jangan sembarangan ngatain orang. Kayak loe paling pinter aja," Tya juga ikut protes ke Avril.
"gimana nggak bodoh coba. Katanya loe pengen jalan sama Chacha. Lah dianya nggak bisa karena lebih mentingin idolanya, si cemong. Loe kan masih tetap bisa jalan sama Chacha kan? Dengan cara loe temenin dia buat cari kado. Gitu aja ribet sih.. Kan loe tetap bisa jalan sama dia, walaupun ntar suasananya beda," Avril kembali pidato. Tapi pidato kali ini membuat Tya dan Rafa berpikir. Lalu Rafa tersenyum simpul.
"waaahh... Iya. Loe bener banget. Gue yang bodoh kali ya?" kata Rafa kemudian.
"baru nyadar yah loe?" sungut Avril.
"waah,.. Ternyata otak loe encer juga ya Vril? Idenya bagus banget. Hmm nggak salah deh gue jadiin loe sahabat gue," puji Tya kemudian.
"hmmm tadi aja gue dikatain. Dasar loe, Tya,"
Tya menanggapi omongan Avril hanya dengan senyum.
"udah-udah. Kalau gitu gue bakal telfon si Chacha dulu. Thanks yah buat idenya Vril," Rafa kemudian mengeluarkan handponenya. Dia menelponku dan minta maaf. Dia pun malah menawarkan untuk menemaniku mencari kado. Aku tak menolaknya, asalkan dia mau menjemputku dan izin ke orang tuaku. Dan janjipun tersepakati.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Aku untuk mereka


Aku ingin seperti bintang
Dalam kegelapan ia bersinar
Sekalipun tak dapat ia seterang bulan
Tapi ia menentramkan

Aku ingin hidup bak lilin
Selalu menjadi penolong
Sekalipun harus berkorban
Sekalipun ia tak selalu dibutuhkan

Satu tujuanku hanya untuk senyum itu
Kedua sosok yang selalu tegap berdiri
Kedua langkah yang terseok tapi tetap berlari
Kedua sorot mata yang sungguh menentramkan hati
Kedua lengan yang tak kenal pamrih

Aku malu
Aku masih malu dihadapan mereka
Aku malu belum bisa berguna
Sekalipun aku berharga untuk mereka
Tapi aku tetaplah benalu dalam punggung mereka
Padahal seharusnya akulah kebenggaan mereka

Tuhan, jika tlah kau ijinkan aku berdiri, disini..
Ijinkan pula satu langkahku adalah senyum bagi mereka
Ijinkan aku mendengar, ucapan kebanggaan dari mereka